Sosialisasi adalah proses belajar yang
kompleks. Dengan sosialisasi, manusia sebagai makhluk biologis menjadi manusia
yang berbudaya, yang cakap menjalankan fungsinya dengan tepat sebagai individu
dan sebagai anggota kelompok. Seorang bayi yang lahir merupakan organisme yang
sangat lemah. Pemenuhan segala kebutuhan fisiknya bergantung kepada orang
dewasa. Namun, sejak saat itu dia mulai berinteraksi dengan lingkungan dan
menyerap banyak hal hingga tumbuh dewasa, dan baru berakhir setelah dia
meninggal. Hal-hal yang diserap meliputi sikap dan nilai, rasa suka dan tidak
suka, rasa senang dan sedih, keinginan dan tujuan hidup, cara bereaksi terhadap
lingkungan, dan pemahaman mengenai segala sesuatu. Semua itu diperolehnya
melalui proses yang disebut sosialisasi. Dalam proses ini, seseorang juga
mengalami internalisasi (mendarah-dagingkan) nilai dan norma sosial tempat dia
hidup, sehingga terbentuklah kepribadiannya. Setiap orang perlu mempelajari
nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakatnya. Semua
itu diperlukan untuk mendewasakan diri setiap individu dan membentuk
kepribadiannya. Dengan berbekal kedewasaan pribadi itulah nantinya seseorang
akan dapat memegang peranan di masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi
merupakan proses penanaman kecakapan dan sikap yang diperlukan untuk dapat
memainkan peran sosial di masyarakat.
Di dalam diri setiap manusia, terdapat impuls-impuls
(dorongan hati) untuk melakukan segala sesuatu. Di sisi lain, lingkungan tempat
ia berada dan berinteraksi memiliki nilai dan norma yang mengarahkan perilaku.
Dalam proses sosialisasi, seorang individu berusaha menyesuaikan impuls-impuls
itu dengan tekanan nilai dan norma yang mengikatnya. Bila potensi tingkah laku
seseorang tidak bertentangan dengan nilai dan norma, maka berkembang lebih
lanjut menjadi bagian dari kepribadiannya.
Di samping itu, proses sosialisasi juga mengadopsi
berbagai hal dari orang lain. Hal-hal yang diperoleh dari orang lain meliputi
kebiasaan, sikap, dan ide-ide. Selanjutnya, ketiga hal tersebut disusun kembali
menjadi sistem yang mengatur tingkahnya sendiri. Pengertian adopsi tidak
sekadar mencontoh
perilaku orang lain. Akan tetapi, apa yang diamati
dari orang lain berusaha ditiru sekaligus disesuaikan dengan keadaan dirinya.
Pembentukan kepribadian manusia melalui proses
sosialisasi meliputi:
·
Internalisasi nilai-nilai, yaitu proses penanaman
nilai dan norma sosial ke dalam diri seseorang yang berlangsung sejak lahir
hingga meninggal.
·
Enkulturasi, yaitu proses pengembangan dari
nilai-nilai budaya yang sudah tertanam dalam diri seseorang dan
diimplementasikan dalam perilaku seharihari.
·
Pendewasaan diri, yaitu proses berlangsungnya
internalisasi dan enkulturisasi secara terus menerus hingga membentuk suatu
kepribadian. Apabila kepribadian telah terwujud secara utuh, saat itulah
seseorang bisa dikatakan dewasa dan telah siap memegang peran dalam masyarakat
sebagai pribadi yang utuh.
Ada dua macam sosialisasi, yaitu sebagai berikut.
·
Sosialisasi
Primer (Primary Socialization). Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang
pertama kali dijalani individu semasa kecil. Sosialisasi ini menjadi pintu bagi
seseorang memasuki keanggotaanbmasyarakat.
·
Sosialisasi
Sekunder (Secondary Socialization) Sosialisasi sekunder berlangsung pada tahap
selanjutnya. Selama proses ini, individu mengenal sektor-sektor baru yang ada
di masyarakat. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder adalah resosialisasi.
Resosialisasi adalah
proses pemberian kepribadian baru kepada seseorang. Resosialisasi sering pula
disebut sebagai proses pemasyarakatan total. Sebagai contoh, proses
pemasyarakatan yang dialami para penghuni penjara, rumah sakit jiwa, dan
pendidikan militer. Seorang yang semula bebas, karena melakukan pelanggaran
hukum kemudian dipenjara. Di penjara inilah terjadi proses pembentukan
kepribadian baru. Segala gerak-geriknya, cara berpakaian, waktu tidur, waktu
makan, dan aktivitas lainnya tidak lagi dapat dilakukan secara bebas. Semua
diatur berdasarkan norma penjara yang ketat dan tidak memberikan kebebasan.
Demikian juga, para peserta pendidikan dan pelatihan militer serta pasien rumah
sakit jiwa. Semuanya harus mengalami proses penyesuaian nilai dan norma baru
secara total
Proses
sosialisasi
Menurut George
Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang
dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat
seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada
anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan
kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang
anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini
mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut
orang-orang yang amat berarti (Significant other)
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan
digantikan oleh peras yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan
temannya. Pada tahap ini lawan berinterasi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar
rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap
juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma
tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized
Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap
dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.
Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa
menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama—bahkan dengan orang lain
yang tidak dikenalnya—secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada
tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Menurut
Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam
teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang
melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass
self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang
lain.'
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling
hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu
menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai
kita.'
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat,
sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain
selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul
dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu
mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu
memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar.
Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang
lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang
anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari
dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari
penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak
yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling,
di mana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa
penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka
ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai
dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.
Agen
sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan
atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu
keluarga, kelompok bermain, media masa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi
berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan
keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang
diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan
untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang
(narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya
atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila
pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan
atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi
dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh
agen sosialisasi yang berlainan.
Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen
sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah
dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat
yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen
sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri
atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya,
sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada di luar anggota kerabat
biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan
anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut GERTRUDGE JAEGER
peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat
besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang
tuanya sendiri.
Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain)
pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada
awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif,
namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga.
Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih
banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang
melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan),
sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola
interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu,
dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan
orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai
keadilan.
Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal
seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga
dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity).
Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah
harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
Media massa
Yang termasuk kelompok media masa di sini adalah media
cetak (surat kabar, majalah, tablois), media elektronik (radio, televisi, video,film).
Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan
yang disampaikan.
Contoh:
·
Penayangan acara smackdown
di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam
beberapa kasus.
·
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola
konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
·
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun
media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan
segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan
seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan
kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media
massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi
rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang
membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai
tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus,
pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
Organisasi adalah sarana dan wadah Sosialisasi
Organisasi adalah sekelompok individu yang berkumpul
dalam suatu wadah untuk mencapai tujuan yang sama, organisasi itu sebuah wadah
yang menampung aspirasi, cita cita, harapan orang-orang. Organisasi memiliki
karakter tersendiri, jati diri, sejarah, kisah, suka, sedih, cita-cita, aspiras
harapan orang banyak. Organisasi adalah sebuah sebuah sarana sosialisasi dan
sebagai wadah yang dibuat untuk menampung aspirasi masyarakat serta untuk
mencapai tujuan bersama.
Mengapa organisasi dalam masyarakat sangatlah penting?
Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan.
Sarana Sosial, sebagai “zoon politicon ” artinya
mahluk yang hidup secara berkelompok, manusia akan merasa membutuhkan dan
penting untuk berorganisasi demi pergaulan.
Sarana Pemenuhan Kebutuhan, melalui bantuan organisasi
manusia dapat melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri.
Organisasi merupakan suatu wadah untuk mencapai tujuan
yang sama,organisasi mempunya tujuan, visi dan misi yang jelas, organisasi
memegang pernanan penting dalam suatu masyarakat, karena organisasi dapat
membantu/mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam lingkungan &
kehidupannya,organisasi bisa sebagai pendukung proses sosialisasi yang berjalan
di sebuah lingkungan bermasyrakat.Organisasi bisa juga disebut kumpulan
orang-orang yang memiliki kesamaan.
>>selamat belajar-diambil dari berbagai sumber<<